1. Definisi, tujuan, dan teknik penggunaan Pendekatan Humanistik
Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan dalam rangka mengembangkan diri dan mewujudkan potensi peserta didik, sehingga dapat mencapai kematangan hidup. Kematangan hidup yang dimaksud disini adalah kematangan pada berbagai aspek yang diharapkan dapat diimplementasikan oleh peserta didik di dalam menjalani kehidupannya. Aspek-aspek tersebut meliputi kognitif, afektif, dan juga psikomotorik Dengan demikian pendidikan adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia.
Pendidikan dan pembelajaran hendaknya dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan (humanisitik) yang perlu ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik. Pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi yang lebih bermanusiawi (semakin penuh sebagai manusia), yang bertanggungjawab dan bersifat proaktif dan kooperatif sehingga output dan outcome pendidikan adalah pribadi-pribadi yang handal dalam bidang akademis, keterampilan atau keahlian dan sekaligus memiliki watak atau keutamaan yang luhur. Singkatnya pribadi yang cerdas, ahli, namun tetap humanis.
[1]Pendekatan Humanistik adalah sebuah pendekatan yang memberikan perhatian kepada pembelajar sebagai manusia, tidak menganggapnya sebagai benda yang merekam seperangkat pengetahuan. Pendidikan humanistik menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang. Sudjana (2004), menyatakan bahwa aliran humanistik menekankan pada pentingnya sasaran (obyek) kognitif dan afektif pada diri seseorang serta kondisi lingkunganya. Hal ini sejalan dengan pendapat Arthur Combs dalam Djiwandono (2002) bahwa persepsi memainkan peranan dalam pengalaman belajar seseorang.
Apabila seseorang berhubungan dengan lingkungan sekitar maka persepsi orang itu tidak terlepas dari faktor-faktor subyektif. Peserta didik akan mempersepsikan pengalamannya, termasuk pengalaman belajar dalam memenuhi kebutuhan belajarnya, dan ia akan menginternalisasikan pengalaman itu dalam dirinya secara aktif. Oleh karena itu proses pembelajaran pada peserta didik perlu dilakukan dengan membentuk tumbuhnya pengalaman belajar baru yang dirasakan manfaatnya oleh peserta didik dalam kehidupan dan lingkungannya.
Carl Rogers, seorang ahli psikologi humanistik menyatakan bahwa pembelajaran hendaknya berpusat pada peserta didik (learner centered). Pembelajaran hendaknya memberikan kebebasan yang luas kepada pesrta didik untuk menentukan apa yang ingin ia pelajari sesuai dengan sumber-sumber belajar yang tersedia atau yang dapat disediakan. Kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dilakukan dengan memberikan kebebasan yang lebih luas kepada mereka dalam memilih dan memutuskan apa yang ingin dipelajari, bagaimana cara mempelajarinya, dimana serta kapan mereka akan belajar (Nasution, 2003).
Merujuk teori Abraham Maslow tentang motivasi, kebutuhan atau motivasi merupakan penggerak utama perilaku individu. Motivasi menggerakkan individu sebagai keseluruhan yang padu dan teratur. Maslow dalam Koehler et.al (1976) berpendapat bahwa terdapat kebutuhan-kebutuhan yang bersifat hirarkis yang memotivasi individu untuk berupaya memenuhi atau memuaskan kebutuhan tersebut. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah: fisiologis, rasa aman, sosial atau afiliasi, prestasi atau rasa dihargai, dan aktualisasi diri. Bila kita kaitkan pendekatan humanistik yang diperkenalkan oleh Rogers , dengan teori kebutuhan maslow maka terdapat benang merah antara keduanya yaitu perlunya diciptakan situasi atau lingkungan belajar yang kondusif sehingga membangkitkan motif peserta didik untuk memenuhi kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan aktualisasi diri. Individu harus diberi kebebasan untuk berpendapat, mengkritik, dan diperbolehkan untuk melakukan kesalahan dalam belajar tanpa takut mendapat sanksi atau ancaman.
[2]Pembelajaran bahasa menurut pendekatan ini bertujuan mempererat hubungan antara manusia dengan berbagai ragam budaya dan pengalaman. Menurut Gage and Berliner (1991) terdapat empat tujuan yang mendasar dengan diterapkannya pendekatan humanistik dalam pendidikan:
1. Mengembangkan self-direction yang positif dan kebebasan (kemandirian) pada diri peserta didik.
2. Membangun kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap apa yang dipelajari.
3. Membangun kreativitas.
4. Membangun rasa keingintahuan, dan
5. Membangun minat terhadap seni atau menciptakan sensitivitas seni.
Dalam menerapkan pendekatan Humanistik, diperlukan teknik yang sesuai agar hasil yang dicapai juga sesuai. Beberapa langkah operasional pendekatan ini antara lain :
a) Memberikan penjelasan serta training kepada siswa untuk berlatih menggunakan bahasa dalam berbagai situasi.
b) Bermain peran (role playing) dengan siswa untuk memberi respon dalam berbagai situasi, seperti bagaimana ketika senang, marah, berharap dan lain-lain.
c) Guru memberi contoh kepada siswa yang memungkinkan untuk diikuti.
0 komentar:
Posting Komentar